/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://ani.cursors-4u.net/movie/mov-2/mov140.ani), url(http://ani.cursors-4u.net/movie/mov-2/mov140.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Senin, 02 November 2015

Seorang Hafidz



Seorang hafidz/hafidzah diumpamakan seperti seseorang yg sedang ngangon unta liar
semakin orang itu memegang erat unta liar maka unta itu tak akan pernah lari
tp sekali saja orang itu lengah dalam memegang unta liar itu
maka kabur lah unta liar itu
sooo
mari sama sama memegang erat alqur'an kita dalam hati
agar tak kabuuuur dari hati kita

Minggu, 25 Oktober 2015

k e h i l a n g a n

teringat akan suatu malam, dimana doa-doa menjadi tangga untuk menghubungkan dengan tuhan sang pencipta.

entah sejak kapan keadaannya kian memburuk,yang ku dengar hanya perkembangan yang baik bagi kesehatannya. hanya itu tak ada yang lain.
17.00 wib tepat aku tiba dirumah, mengucapkan salam dan menjabat semua tangan orang yang berada disitu. kebingungan yang muncul sejak perjalanan pulang pun kini kian menjadi-jadi. rasa cemas tiada hentinya menggerogoti sedari tadi.
selang infus, oksigen dan alat medis yang lainnya masih menggantung. syukurlah, setidaknya nafas itu masih berhembus, meski tak selancar seperti biasanya "ucapku dalam hati" ku cium kening itu berkali-kali, ku tumpahkan kerinduan sekaligus rasa kasihan yang amat mendalam kepadanya. ku lirik orang-orang sekitar terlihat bersedih menyaksikan kakak ku berbaring lemah tak berdaya. hatiku kian merintih.
hanya tetesan air mata yang bisa kuwakilkan lewat lamunan "sabar, yakin pada Allah bahwa Allah akan menyembuhkannya. jangan putus berdoa" seseorang menepuk pundaku dari belakang.
tak perlu bersedih, kakak mu baik-baik saja. lagi-lagi kalimat itu yang ku dengar.
"ayo laksanakan 3 rokaat dulu" suara tante ku mengajak. aku pun bergegas

setelah usai, aku pun bergantian menemani kakak ku. kini ruangan terasa sepi, hanya ada segelintir orang yang bergantian menemani.
tangan itu masih terkulai lemah, ku genggam tangan itu sambil ku bisikan kalimat tasbih di telinganya. tangan itu kian memutih bak kapas, tangan itu kian mendingin bak es batu. rasa takut itu kini berkelebat di fikiranku lagi, ah lagi-lagi aku berusaha menepisnya. ku cium keningnya kulihat matanya yang kian meredup " kakak pasti sembuh, yang sabar yah Allah lagi menguji kakak" ku bisikan kalimat itu ditelinganya. ku lihat air matanya menetes.

waktu masih berputar, detik berganti menit menit pun berganti jam. aku tertidur.
0.00 wib aku terbangun, keadaan masih sama. paman, bibi, tante, umi, abi, kakak ipar masih bekumpul di ruangan ini, meski mereka terkantuk-kantuk namun mereka tetap setia menemani. abi tidur aja, biar aku yang gantiin. aku menawarkan diri. waktupun berjalan semakin cepat..
pukul 03.00 malam hari umi menghampiriku. sambil mengusap air di kepala kakak, umi pun berujar "
waktu terbaik untuk berdoa adalah sepertiga malam yang terakhir. itu artinya kesempatan kita untuk memanjatkan doa di 1/3 malam terakhir ini, semoga saja Allah mengabulkan doa ini. dalam hati umi benar-benar menyayangi kakakmu ini, namun umi merasa kasihan dengan keadaan kakakmu yang seperti ini, umi tak kuat melihatnya terus-terusan begini. mintalah pada Allah jika kakakmu diberi umur panjang maka sembuhkanlah ia dengan cepat, jika umur kakakmu pendek cukupkanlah sampai disini. sungguh umi tak tega melihatnya seperti ini.

tepat pukul 03.30
Alhamdulillah nafasnya lancar, seru kakak ipar.
kami kira itu adalah kondisi terbaik, namun ternyata kami salah menafsirkan. ternyata itu adalah detik-detik nafas terakhirnya. umipun memekik "ya Allah, kak kak kak.. kak! tepat hembusan nafas terakhir. innalillahi wa inna ilaihi roji'un. allahumaghfirlaha, warkhamha, wa 'afiha wa'fu 'anha.
sontak kami pun terkaget-kaget. beberapa menit yang lalu kita merasakan kelegaan yang luar biasa, sekarang kelegaan itu berganti dengan kesedihan yang sangat mendalam.
aku pun menjerit, menangis sejadi-jadinya. mengadu pada tuhan " aku tak percaya akan secepat ini, tolong jangan ambil kakak ku tuhan "
menangis dan menangis. aku protes, aku mengadu, aku menangis berharap tangisan itu bisa mengembalikan nyawa kakak ku namun semua itu sia-sia. kakak ku telah berpulang ke sisi Allah.

inilah kesedihan terbesarku, yang ku sebut K E H I L A N G A N
keadaan dimana aku tak bisa lagi bergurau dengannya, berbagi ilmu dengannya, dan menciptakan kebahagiaan bersama lagi. selamanya.....

mungkin jasadmu tak bisa ku peluk, namun jiwa mu masih ku peluk erat dengan doa-doa.
semoga Allah mengasihimu di alam sana. kami menyayangimu Qisthi Alina Naeli Ashlah :'(
 

Bila dan maka

Bila ingin pintar, belajarlah
Bila ingin sukses, maka rajinlah.
Bila ingin bijak, maka bersabarlah.
Bila ingin kaya, bekerja keraslah.
Bila ingin bahagia, dekatlah pada tuhan.

Dan yang terpenting
"Jangan pernah berhenti menjadi protagonis dalam kehidupan sehari-hari".